Istriku luar biasa
karena
Ia istriku.
Thursday, March 12, 2015
Sunday, March 8, 2015
Purnama
faded light,
no sun to shine upon her
darker night,
no hand to wipe the tears
but there is hope;
always there
of a new sun to rise
of a life brighter
of another
waning strength, forced laughter
but those eyes will smile again
for time always eases the pain
and prayers will be answered.
no sun to shine upon her
darker night,
no hand to wipe the tears
but there is hope;
always there
of a new sun to rise
of a life brighter
of another
waning strength, forced laughter
but those eyes will smile again
for time always eases the pain
and prayers will be answered.
Reminiscing
Purnama.
Sudah berapa lama sejak terakhir kau menyengajakan diri
Duduk di bawah langit untuk merindunya lewat puisi
Sampai malam jadi terlalu dingin untukmu?
Seratus dua puluh siklus?
Lebih. Tak mungkin kurang. Aku tahu kau terus menghitung diam-diam.
Cahaya menyejukkan.
Padahal kau tak mengenalnya benar-benar.
Yang kau simpan hanya wajahnya, rasamu, dan potongan-potongan kabar:
Ia terus berjalan.
Pernikahan. Kelahiran. Lalu hujan.
Dari sepasang mata yang kehilangan.
Aku ingat kau juga menangis untuk hatinya.
Ia menciptakan penyair.
Puisimu lahir dari rasa tanpa suara.
Kata-kata yang kau simpan di lipatan kenang.
Mantra metamorfosa yang mengubahmu pelan-pelan.
Kerangka kepribadian.
Berawal darinya.
Sampai pagi tiba lagi.
Sudah sangat lama.
Sesungguhnya siklus itu berhenti hanya di kepalamu saja.
Ketika ia kau jadikan cerita.
Dalam hatimu, ia masih Purnama.
Sudah berapa lama sejak terakhir kau menyengajakan diri
Duduk di bawah langit untuk merindunya lewat puisi
Sampai malam jadi terlalu dingin untukmu?
Seratus dua puluh siklus?
Lebih. Tak mungkin kurang. Aku tahu kau terus menghitung diam-diam.
Cahaya menyejukkan.
Padahal kau tak mengenalnya benar-benar.
Yang kau simpan hanya wajahnya, rasamu, dan potongan-potongan kabar:
Ia terus berjalan.
Pernikahan. Kelahiran. Lalu hujan.
Dari sepasang mata yang kehilangan.
Aku ingat kau juga menangis untuk hatinya.
Ia menciptakan penyair.
Puisimu lahir dari rasa tanpa suara.
Kata-kata yang kau simpan di lipatan kenang.
Mantra metamorfosa yang mengubahmu pelan-pelan.
Kerangka kepribadian.
Berawal darinya.
Sampai pagi tiba lagi.
Sudah sangat lama.
Sesungguhnya siklus itu berhenti hanya di kepalamu saja.
Ketika ia kau jadikan cerita.
Dalam hatimu, ia masih Purnama.
Thursday, March 5, 2015
Pada Celah-Celah Fajar
kepada Mia Yamaniastuti
Akan kau temukan yang kau cari.
Ketika kau merundukkan diri.
Pada celah-celah fajar.
Kau bertualang bersama matahari,
berjalan, berlari, terpuruk, dan bangkit lagi
demi mimpi
demi hati.
Kau mampu menyelipkan tawa di sela sedumu
tidakkah itu berarti ada kuat dalam lemahmu?
Kau bisa terus menjadi atau berhenti,
tapi kita tahu pasti apa yang kau pilih:
Ekspresi.
Akan kau temukan yang kau cari dari hari.
Pada celah-celah fajar.
Sebab Tuhan mendengar.
Akan kau temukan yang kau cari.
Ketika kau merundukkan diri.
Pada celah-celah fajar.
Kau bertualang bersama matahari,
berjalan, berlari, terpuruk, dan bangkit lagi
demi mimpi
demi hati.
Kau mampu menyelipkan tawa di sela sedumu
tidakkah itu berarti ada kuat dalam lemahmu?
Kau bisa terus menjadi atau berhenti,
tapi kita tahu pasti apa yang kau pilih:
Ekspresi.
Akan kau temukan yang kau cari dari hari.
Pada celah-celah fajar.
Sebab Tuhan mendengar.
Subscribe to:
Posts (Atom)
About Me

- Verly Hyde
- seorang separuh autis yang memandang dunia dari balik kaca jendelanya. ia duduk diam mengamati,membaca dan menafsir tanda, mencari makna.