Berapa lama saya tak menulis disini? Lihat saja tanggal entri terakhir saya dan hitung sendiri. Dalam waktu sekian lama (atau sekian sebentar) itu, ada banyak cerita, ada banyak kisah, yang sampai ke saya dan ingin saya sampaikan. --Sebentar, tombol shift kiri yang biasa saya gunakan agak bermasalah, mungkin ada yang mengganjal di bawahnya... bukan masalah besar, tapi saya terganggu. huft--
Ada banyak kisah. dan tiba-tiba otak saya mengosongkan diri.
Oke, kita lanjutkan lagi, meski keyboard yang saya pakai sangat tidak nyaman. Kebahagiaan itu sederhana, tergantung cara kita memaknai peristiwa. Sebagai ilustrasi, dua minggu terakhir ini Zia sakit. Ditambah dengan kenaikan harga BBM (yang berarti kenaikan ongkos kendaraan umum dan harga barang-barang), mengharuskan saya dan Menteri Keuangan Keluarga memutar otak mencari celah untuk menyesuaikan anggaran belanja. Salah satu dampaknya adalah, tidak ada lagi jatah jajan kopi yang harganya diatas 1000 rupiah. :D Bukan itu saja, ada beragam kejadian kecil yang memberi efek kesal tambahan. Tapi, saya disini bukan untuk curhat. Ini cuma ilustrasi saja bahwa bahagia itu beragam bentuknya. Dalam kondisi seperti ini, saya menemukan bahagia. Beberapa hari lalu, salah seorang teman dekat berulang tahun. Seperti biasa, kami, para Mahmouds, berkumpul untuk sekedar menunjukkan bahwa kami peduli. Dalam pertemuan itu, selain obrolan dan tawa dalam dosis yang cukup untuk menyingkirkan sejenak segala hal yang memusingkan, ada sebuah kabar bahagia. Salah satu dari kami mengumumkan bahwa ia hamil.
See... bahagia itu sederhana. Kejutan-kejutan kecil di tengah kekacauan. Sedikit tawa yang diramu bersama kopi dan obrolan. Kesadaran bahwa ada yang mempedulikan. Semua soal cara kita memaknai peristiwa.
Saya yakin (dan saya tahu pasti karena memang sampai pada saya) ada banyak kisah sedih di luar sana, tapi saya tak mau menuliskannya disini. Mari kita berbahagia sejenak.
Selamat siang menjelang petang.
Oke, kita lanjutkan lagi, meski keyboard yang saya pakai sangat tidak nyaman. Kebahagiaan itu sederhana, tergantung cara kita memaknai peristiwa. Sebagai ilustrasi, dua minggu terakhir ini Zia sakit. Ditambah dengan kenaikan harga BBM (yang berarti kenaikan ongkos kendaraan umum dan harga barang-barang), mengharuskan saya dan Menteri Keuangan Keluarga memutar otak mencari celah untuk menyesuaikan anggaran belanja. Salah satu dampaknya adalah, tidak ada lagi jatah jajan kopi yang harganya diatas 1000 rupiah. :D Bukan itu saja, ada beragam kejadian kecil yang memberi efek kesal tambahan. Tapi, saya disini bukan untuk curhat. Ini cuma ilustrasi saja bahwa bahagia itu beragam bentuknya. Dalam kondisi seperti ini, saya menemukan bahagia. Beberapa hari lalu, salah seorang teman dekat berulang tahun. Seperti biasa, kami, para Mahmouds, berkumpul untuk sekedar menunjukkan bahwa kami peduli. Dalam pertemuan itu, selain obrolan dan tawa dalam dosis yang cukup untuk menyingkirkan sejenak segala hal yang memusingkan, ada sebuah kabar bahagia. Salah satu dari kami mengumumkan bahwa ia hamil.
See... bahagia itu sederhana. Kejutan-kejutan kecil di tengah kekacauan. Sedikit tawa yang diramu bersama kopi dan obrolan. Kesadaran bahwa ada yang mempedulikan. Semua soal cara kita memaknai peristiwa.
Saya yakin (dan saya tahu pasti karena memang sampai pada saya) ada banyak kisah sedih di luar sana, tapi saya tak mau menuliskannya disini. Mari kita berbahagia sejenak.
Selamat siang menjelang petang.