maka, inilah aku
sebutir debu
pada satu waktu sempat masuk ke matamu
-ah, ironi itu; aku tak terlihat justru saat tepat di matamu-
menjadi sumber perih yang mengganggu
sebentar saja, sebab lalu airmata mengeluarkanku
hari ini, kembali, aku
-bahkan setelah berubah pada musim-musim yang berlalu-
sebutir debu,
(rindu) pada jejak sepatu
mu.
No comments:
Post a Comment