Mencari
Menatap matahari, mencari cahaya
Menatap mata, mencari kaca
Tuhan terbunuh di
atas sofa
Ketika memperawani
calon istri
Tuhan tidak, tapi nurani mati
Menatap tanah, mencari kawan
Menatap luka, mencari alasan
Agama direduksi jadi
persamaan untung rugi
Wacana basa basi di
warung kopi
Iman, sekedar
retorika mimbar
Menatap nisan, mencari tujuan
Menatap hati, mencari . . .
Mati
bagiku, ia
bagiku, ia selalu sebuah paradoks:
ikatan yang membebaskan, kebebasan yang mengikat
yang ada ketika tiada, ketika ada yang tiada
bagiku, ia paradoks, tapi tak pernah teka-teki:
keharusan menebak-nebak jawab dari isyarat-isyarat yang belum
tentu mengisyaratkan jawab; mungkin kau saja yang mengada-
adakan arti pada kata demi mencari maknamu sendiri
bagiku, ia selalu tapi tidak
bagiku, ia tidak tapi selalu
ketika ia sudah memenuhi dada dan kepala yang terlalu kecil, maka tumpahlah ia, ke udara
sebab bagiku, ia
bagimu? entah.
No comments:
Post a Comment