Pertemuan Tak Sengaja pada Musim Penghujan
"Mari bercakap-cakap tentang hujan
Yang belum reda sejak kau tiba."
[Anginnya menyisipkan dingin pada kopiku
Sementara pada ruang antara kita
Ada sepiring kecanggungan yang entah dipesan siapa]
"Sebenarnya aku ingin cepat pulang
Tapi aku tak lagi tahan hujan. Bagaimana kau,
masih tak enggan kehujanan?
Masihkah titiknya di kepala menyegarkan?"
[Diammu yang menahanku.
Sementara kau mencecap daun buih dari bibir cangkir,
Aku menanti jawab untuk tanya yang tak pernah kau ungkap]
"Apa kabar anakmu? Masih sakit flu?"
"Tangan kananku kemarin hampir beku main salju."
[Kita benar-benar sudah ahli melipat suara hati dalam basa-basi,
Bicara tentang udara dan cuaca sambil tertawa,
Mungkin sebab kita ingin melupa
Bahwa tanya tak terucap tak boleh dijawab]
"Mari bercakap-cakap tentang rasa
Yang belum reda sejak kau berlalu dulu."
"Aku mau pulang. Diantar hujan!"
Resolusi
Aku mau
Mereka menyebutku jenazah kalau nanti aku mati
Sebab mungkin dengan itu,
Namaku abadi pada banyak hati.
No comments:
Post a Comment