Ini sekedar catatan kecil tentang kesadaran yang tiba-tiba.
Aku baru saja membaca sebuah blog berbahasa Indonesia yang kupilih secara acak dari daftar blog yang diikuti oleh seorang teman. Ketika membaca itulah aku tiba-tiba sadar bahwa ada banyak kata bahasa Indonesia yang kutahu artinya, tapi jarang sekali kugunakan lagi dalam tulisan-tulisanku. Dulu, ketika SMA, dan tahun-tahun pertama berkuliah di jurusan Sastra Inggris UPI, aku masih suka bereksperimen menggunakan spektrum kata yang luas dalam puisi-puisiku. Entah dengan memanfaatkan bunyi, bentuk, atau makna, aku hampir selalu berusaha memaksimalkan penggunaan kekayaan kosakata bahasa Indonesia. Tapi sekarang, perbendaharaan kataku seolah menyusut.
Hal ini mungkin dikarenakan aku sudah lama tidak menulis, lebih tepatnya, tidak menulis dalam bahasa Indonesia. Mungkin juga disebabkan oleh telah jarangnya aku membaca (tulisan berbahasa Indonesia). Aku pun tersadar bahwa mungkin aku telah menjadi sombong. Terlepas dari fakta bahwa kebanyakan tulisan berbahasa Indonesia yang beredar di pasaran (aku berbicara tentang novel-novel 'ala-kadarnya' dan status-status di jejaring sosial) memang kurang nilai mutunya, aku seharusnya tidak boleh serta-merta menihilkan mereka. Selama beberapa tahun terakhir ini, aku hanya mau membeli (dan membaca) novel-novel karangan nama-nama yang memang sudah kukenal kualitasnya. Meski banyak yang menyarankan untuk membaca karya penulis-penulis lain (kebanyakan penulis muda), aku tetap bergeming. Begitu pun dengan novel terjemahan, aku berusaha sebisa mungkin untuk mendapatkan dan membaca versi berbahasa Inggrisnya. Akibatnya, banyak kata dalam perbendaharaan bahasa Indonesiaku yang tergusur ke alam bawah sadar, dimana butuh perjalanan ekstra untuk menjemputnya kembali ke ujung jari dan menggunakannya ke dalam tulisan.
Dan, itulah kesadaran, kawan. Menghantammu tiba-tiba dengan sekeping cermin sehingga kau bisa melihat apa yang tadinya kau terima begitu saja. Dan cermin yang kubaca barusan memantulkan bayangan wajahku yang tersenyum congkak.
Sekali lagi, ini hanya catatan singkat tentang kesadaran yang tiba-tiba. Kesimpulannya, aku harus lebih sederhana dan menghargai setiap karya, sesuai dengan mutunya.
No comments:
Post a Comment