Sunday, April 20, 2014

Malu Menunggu Komentar

Jujur, aku malu pada diri sendiri ketika meminta (bahkan terkesan memohon dan memaksa) beberapa teman untuk membaca dan mengomentari tulisan-tulisanku di blog ini--aku masih belum menemukan padanan kata bahasa Indonesia untuk blog.

Aku malu sebab sejak dulu aku selalu beranggapan bahwa aku menulis demi kepuasan diri, entah untuk sekedar mengeluarkan unek-unek, melepaskan beban pikiran, mengungkapkan gagasan, atau berpuisi.  Menulis bagiku adalah salah satu kegiatan yang bisa mencegahku menjadi gila.  Aku malu karena ketika meminta orang lain membaca dan mengomentari tulisan-tulisanku (dengan kesan memohon dan memaksa), aku seolah-olah membutuhkan stamp of approval dari mereka.  Seolah-olah makna tulisanku, makna gagasanku, dan makna diriku tergantung pada komentar mereka.  Seolah-olah keberadaan (eksistensi) ku berkurang jika mereka tidak memberikan pandangan mereka mengenai tulisan-tulisanku.

Aku malu, sebab aku menyadari bahwa yang mendasariku untuk meminta (dengan kesan memohon dan memaksa) mereka membaca dan mengomentari tulisanku bukan semata-mata menginginkan umpan balik yang bisa kugunakan sebagai bahan untuk memperbaiki diri.  Aku malu karena aku sadar bahwa dalam permintaanku (yang terkesan memohon dan memaksa itu) terselip sejumlah besar keinginan untuk dipuji.

Aku malu sebab kesadaran itu berarti aku tidak tulus lagi.  Memang ketika menulis aku hanya mencurahkan gagasan-gagasanku.  Sampai saat itu aku masih tulus, masih jujur pada diri sendiri.  Tapi ketika aku mulai meminta orang lain (bahkan memohon dan memaksa mereka) mengomentari tulisanku, aku menginjak-injak ketulusan dan kejujuranku sendiri.

Aku malu, sebab aku belum bisa menghilangkan kesan memohon dan memaksa itu dari permintaanku.  Aku malu sebab aku tahu, keberadaan kesan memohon dan memaksa itu akan sangat  mempengaruhi pengalaman membaca dan kejujuran komentar mereka.

Aku malu bukan karena aku meminta umpan balik dari mereka.  Aku malu karena adanya kesan memohon dan memaksa dalam permintaanku.

Selamat malam.


No comments:

Post a Comment

About Me

My photo
seorang separuh autis yang memandang dunia dari balik kaca jendelanya. ia duduk diam mengamati,membaca dan menafsir tanda, mencari makna.