Tuesday, April 15, 2014

Membacamu

Membacamu hari ini,
aku tahu kenapa kita dulu tak bisa menjadi cerita
sebab kita sama sama mencari sesuatu yang tak kita tahu pasti,
setidaknya saat itu.
--aku tak tahu bagaimana kau, tapi ketika itu aku belum sadar apa yang ku mau--

Membacamu hari ini,
aku sadar bahwa aku pernah benar-benar mengenalmu
meski waktu itu aku tak tahu bahwa yang kukenal adalah benar-benar kau.
--aku masih ingat sorot matamu yang merindukan Ayah, dan ketakutanmu pada keterikatan--

Membacamu hari ini,
aku tersenyum.  Aku dan kau telah banyak berjalan, telah jauh berubah
tapi aku rasa kita --kau dan aku-- tak benar-benar berbeda dari kita
--kau dan aku-- yang tersimpan di kotak memoriku.

Membacamu hari ini, aku tiba-tiba ingin kau membacaku:
kau adalah yang kucari, sampai saat ini.  Tapi aku tahu aku takkan mampu
menggenapimu.  Sebab itu aku membiarkanmu pergi: agar aku pun terlengkapi. Dan kau
akan ada di tiap ceritaku tentang kerinduan (dan ketakutan pada keterikatan).
--kau tahu, sejak dulu aku ingin bilang, rasa itu harusnya didefinisikan sebagai kebebasan--

2 comments:

  1. Banyak orang yang suka membaca, tapi banyak dari mereka yang tidak memahami apa yang di baca. Hanya sebatas satu, dua, dan tiga halaman saja, kemudian tertidur.

    Dan cerita, memang bukan tentang satu, tapi banyak pasang mata, setidaknya dua.

    Keren! *lima bintang* ^^

    ReplyDelete
  2. Dan sosok dalam puisi itu adalah salah satu sosok yang menyadarkanku bahwa aku harus lebih peka ketika membaca. Aku tak menyesali bahwa aku dulu tak terlalu becus membaca. Setidaknya, setelah itu aku punya sepotong cerita. (Hanya sepotong, sebab aku tak sempat memiliki pasang mata kedua)

    ReplyDelete

About Me

My photo
seorang separuh autis yang memandang dunia dari balik kaca jendelanya. ia duduk diam mengamati,membaca dan menafsir tanda, mencari makna.