Tak tertelan, tak bisa dikeluarkan
Tentang senja yang kau kantongi kemarin dulu
: Untuk apa? Kenapa matamu melihat
jingganya begitu berbeda?
Apakah kenangkenangan akan
sepotong suasana akan membuatmu lebih
bahagia?
Aku bertanya sebab aku sudah lupa pada langit
dengan segala cahayanya yang kutinggalkan
Ketika aku memilih menyadari
Bahwa sayap yang ditumbuhkan hanyalah ilusi
Takkan mampu membawaku kepada purnama, bintang, atau matahari
Menyadari bahwa yang kurindu adalah terang itu saja, inspirasi
Yang mungkin hilang jika aku terbang
Saat ini, aku berbaring sambil mengingat rasa tanya yang tersangkut
Memandang awan
Menceritakan kenangkenangan
Mensyukuri bahagia yang diberi bumi
Berdo’a
: Semoga kau tak tercekik tanya.
Semoga kau tahu bahwa bahagia itu ada
dalam hatimu.
ada bahagia di masa lalu yang belum tuntas.
ReplyDeleteseperti itu. seepertinya.
Baiklah.
ReplyDeleteKumpulkan semua senja Jogja yang jingganya berbeda. Tempelkan mereka di tembok kamarmu. Jadikan pembatas buku. Tapi kau harus tahu bahwa ketika matahari itu tergantikan bulan, senja hanya ada dalam kepala.
Yang berarti: bahagia yang kau cari hanya residu memori. Dan bukankah memori itu ilusi ketika kita ada di saat ini?
Jangan buang kenangkenanganmu tentang kebahagiaan, tapi jangan pula berharap ia akan ada lagi. Sebab momen hanya terjadi sekali.
Itu inspirasiku malam tadi. Itu yang kuyakini. Entah bagaimana kau. :)