Berikut ini adalah salah satu puisi yang kutulis tahun 2005, bulan-bulan awal. Puisi ini aku tujukan untuk seseorang yang, sayang sekali, sama sekali belum pernah membacanya. Demikianlah, aku tuliskan disini dengan sedikit harap bahwa orang tersebut akan membacanya. Tanpa maksud apa-apa, aku hanya ingin ia tahu bahwa aku menghargainya dengan menjadikannya bagian dari karya-karyaku.
Sendiri; Berjalan Menuju Akhir
Berjalan menuju akhir dalam bayang-bayang kemarin.
Usir mendung itu pergi, sebelum kita dihujani lagi,
sebab hati sudah terlalu kuyup untuk menerima
airmata lagi, Sayang. Kau tahu itu
Berjalan menuju akhir dalam dekapan angin
dingin sambil mengertakkan gigi. Aku
menunggumu menyusul dan berjalan di sisiku,
Sayang,
cepatlah, sebab jika aku berhenti, beku ini akan jadi pembunuh
dan kau tahu aku belum mau mati
Berjalan menuju akhir dengan luka di punggung yang belum
sepenuhnya sembuh. Aku tak tahu kenapa dingin ini
tak mampu membekukannya. Bukankah kau bilang ingin
memasangkan sayap untuk menutup luka itu? Cepatlah,
perih ini terlalu pedih untuk diacuhkan
tak akan hilang hanya dengan sekedar mencoba melupakan
Berjalan menuju akhir dengan hujan yang makin kencang dan beku. Aku tahu
kau telah tiba di sisiku, tapi aku tak bisa melihatmu.
Aku sendiri; berjalan menuju akhir.
No comments:
Post a Comment